|
MENCEGAH HIV AIDS dengan ABCDE : Dari Sosialisasi Peer Education
Surplus RP. 5 M, APBD Sragen 2013 Cetak Sejarah
HARIAN SRAGEN - Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sragen tahun 2013
resmi ditetapkan dengan mencatatkan surplus sebesar Rp 5,7 miliar, Kamis
(29/11). Penetapan APBD di penghujung November tersebut juga sekaligus
menjadi sejarah baru bagi Kabupaten Sragen.
Ketua DPRD Sragen, Sugiyamto, mengatakan sejarah baru itu tercipta karena selama ini pembahasan APBD Sragen hampir tak pernah bisa ditetapkan sesuai batas waktu yang ditentukan pemerintah pusat, yakni tanggal 29 November. Selain itu, surplus anggaran yang masih menyisakan Rp 5,7 miliar juga menghapus noda defisit yang selama beberapa tahun selalu mewarnai APBD Bumi Sukowati.
Semula, katanya, proyeksi APBD 2013 dirumuskan dengan proyeksi akhir dalam posisi defisit Rp 68 M. Tapi menjelang akhir pembahasan, ternyata ada tambahan Dana Alokasi Umum (DAU) dari pusat sebesar Rp 90 miliar. Gelontoran DAU itu membuat posisi APBD berubah terbalik menjadi surplus Rp 5,7 miliar.
“Yang kami sayangkan, DAU dari pusat itu mestinya dikucurkan pada awal, bukan mepet seperti ini. Akhirnya ada sebagian yang tidak bisa dialokasikan sehingga menjadi surplus. Tapi dengan ditetapkan tepat waktu, jelas suatu prestasi dan sejarah di Sragen,” ujarnya usai memimpin paripurna penetapan APBD 2013 di Pendapa Rumah Dinas Bupati, Kamis (29/11).
Pihaknya berharap dengan ditetapkan tepat waktu, bisa diiringi dengan kinerja yang optimal dari semua satuan kerja (Satker), utamanya Satker yang memiliki anggaran kegiatan pembangunan. Sehingga tidak ada lagi proyek atau kegiatan yang tidak bisa selesai dengan alasan kurang waktu.
Dalam sambutannya, Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, yang dibacakan Wabup Daryanto mengaku, bersyukur atas penetapan APBD yang bisa tepat waktu. Penetapan APBD tepat waktu itu diharapkan bisa berdampak positif terhadap pengayoman masyarakat serta kesinambungan pembangunan.
Sementara dalam pandangan akhir fraksi, mayoritas menyetujui alokasi APBD 2013 meskipun beberapa memberi catatan. Misalnya, Fraksi PKS melalui juru bicara Aris Surawan menekankan perlunya pengawasan terhadap beberapa anggaran besar pro rakyat seperti dana RTLH sebesar Rp 4,9 miliar, santunan kematian Rp 1,231 miliar, anggaran ustaz/ustazah Rp 1,7 miliar, serta anggaran Jamkesda Rp 10,25 miliar.
Ketua DPRD Sragen, Sugiyamto, mengatakan sejarah baru itu tercipta karena selama ini pembahasan APBD Sragen hampir tak pernah bisa ditetapkan sesuai batas waktu yang ditentukan pemerintah pusat, yakni tanggal 29 November. Selain itu, surplus anggaran yang masih menyisakan Rp 5,7 miliar juga menghapus noda defisit yang selama beberapa tahun selalu mewarnai APBD Bumi Sukowati.
Semula, katanya, proyeksi APBD 2013 dirumuskan dengan proyeksi akhir dalam posisi defisit Rp 68 M. Tapi menjelang akhir pembahasan, ternyata ada tambahan Dana Alokasi Umum (DAU) dari pusat sebesar Rp 90 miliar. Gelontoran DAU itu membuat posisi APBD berubah terbalik menjadi surplus Rp 5,7 miliar.
“Yang kami sayangkan, DAU dari pusat itu mestinya dikucurkan pada awal, bukan mepet seperti ini. Akhirnya ada sebagian yang tidak bisa dialokasikan sehingga menjadi surplus. Tapi dengan ditetapkan tepat waktu, jelas suatu prestasi dan sejarah di Sragen,” ujarnya usai memimpin paripurna penetapan APBD 2013 di Pendapa Rumah Dinas Bupati, Kamis (29/11).
Pihaknya berharap dengan ditetapkan tepat waktu, bisa diiringi dengan kinerja yang optimal dari semua satuan kerja (Satker), utamanya Satker yang memiliki anggaran kegiatan pembangunan. Sehingga tidak ada lagi proyek atau kegiatan yang tidak bisa selesai dengan alasan kurang waktu.
Dalam sambutannya, Bupati Sragen, Agus Fatchur Rahman, yang dibacakan Wabup Daryanto mengaku, bersyukur atas penetapan APBD yang bisa tepat waktu. Penetapan APBD tepat waktu itu diharapkan bisa berdampak positif terhadap pengayoman masyarakat serta kesinambungan pembangunan.
Sementara dalam pandangan akhir fraksi, mayoritas menyetujui alokasi APBD 2013 meskipun beberapa memberi catatan. Misalnya, Fraksi PKS melalui juru bicara Aris Surawan menekankan perlunya pengawasan terhadap beberapa anggaran besar pro rakyat seperti dana RTLH sebesar Rp 4,9 miliar, santunan kematian Rp 1,231 miliar, anggaran ustaz/ustazah Rp 1,7 miliar, serta anggaran Jamkesda Rp 10,25 miliar.
Sumber : cetak.joglosemar.co
@HarianSragen
2.858 Pengajar TPA Di Sragen Memperoleh Bantuan
HARIAN SRAGEN - Sebanyak 2.858 pengajar Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kabupaten
Sragen akan memperoleh bantuan Rp50.000/bulan. Namun pengajar madrasah
diniah tidak masuk daftar calon penerima bantuan.Wakil Ketua DPRD
Sragen dari Fraksi Kebangkitan Bangsa, Hariyanto, mengungkapkan DPRD
Sragen menyetujui program pemberian bantuan bagi pengajar TPA di
Kabupaten Sragen dengan nilai anggaran Rp1,7 miliar. Namun ia
menyayangkan mengapa pengajar madrasah diniah tidak masuk dalam daftar
pengajar TPA yang akan diberikan bantuan.
Padahal menurutnya, kurikulum madrasah diniah lebih jelas dan tertata. Kegiatan belajar mengajar di madrasah diniah juga lebih intensif karena dilaksanakan secara rutin. Saat ini jumlah madrasah diniah di Sragen mencapai ratusan dengan jumlah pengajar sekitar 3.000 orang. Ia menilai ada diskriminasi jika pengajar madrasah diniah tidak masuk dalam daftar calon penerima bantuan.
“Saya heran mengapa mereka [pengajar madrasah diniah] sampai tidak masuk dalam daftar calon penerima bantuan. Padahal mereka jelas-jelas ada dan perannya sama dengan pengajar TPA, bahkan lebih,” ungkapnya saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (27/11/2012).
Hariyanto menambahkan para pengajar madrasah diniah memang tidak meminta bantuan. Tapi jika ada program pemberian bantuan bagi pengajar TPA, ia menilai pengajar madrasah diniah berhak menerima.
Menanggapi hal itu Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat, Setda Sragen, Bambang SM, mengungkapkan mereka yang mendapatkan bantuan adalah pengajar TPA yang terdaftar di Badan Koordinasi TPA Kabupaten Sragen. Setiap pengajar TPA akan memperoleh bantuan Rp50.000/bulan, selama satu tahun. Saat ini data penerima bantuan sedang diverifikasi.
Solopos.com
@HarianSragen
Padahal menurutnya, kurikulum madrasah diniah lebih jelas dan tertata. Kegiatan belajar mengajar di madrasah diniah juga lebih intensif karena dilaksanakan secara rutin. Saat ini jumlah madrasah diniah di Sragen mencapai ratusan dengan jumlah pengajar sekitar 3.000 orang. Ia menilai ada diskriminasi jika pengajar madrasah diniah tidak masuk dalam daftar calon penerima bantuan.
“Saya heran mengapa mereka [pengajar madrasah diniah] sampai tidak masuk dalam daftar calon penerima bantuan. Padahal mereka jelas-jelas ada dan perannya sama dengan pengajar TPA, bahkan lebih,” ungkapnya saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (27/11/2012).
Hariyanto menambahkan para pengajar madrasah diniah memang tidak meminta bantuan. Tapi jika ada program pemberian bantuan bagi pengajar TPA, ia menilai pengajar madrasah diniah berhak menerima.
Menanggapi hal itu Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat, Setda Sragen, Bambang SM, mengungkapkan mereka yang mendapatkan bantuan adalah pengajar TPA yang terdaftar di Badan Koordinasi TPA Kabupaten Sragen. Setiap pengajar TPA akan memperoleh bantuan Rp50.000/bulan, selama satu tahun. Saat ini data penerima bantuan sedang diverifikasi.
Solopos.com
@HarianSragen
Sragen Baru Memiliki 3 Zona Selamat Sekolah
HARIAN SRAGEN —Sejumlah sekolah dasar (SD) yang terletak di
jalan protokol Solo-Surabaya belum memiliki zona selamat sekolah (ZSS).
Tercatat baru tiga SD yang sudah memiliki zona tersebut. SD yang belum
memiliki zona selamat sekolah diimbau menurunkan pendamping siswa di jam
berangkat dan pulang.
Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kabupaten Sragen, Suwardi, ketika dihubungi Solopos.com, Kamis
(29/11/2012), menuturkan saat ini SD yang sudah memiliki zona selamat
sekolah antara lain SD Negeri Sragen 17, SD Negeri Sragen 69 dan SD
Negeri Sine 1.
“Anggaran pembuatan zona selamat sekolah tidak sedikit, jadi sementara baru tiga SD. Yang lain menyusul,” katanya.
Meskipun
belum memiliki zona selamat sekolah, menurut Suwardi, pihaknya sudah
menginstruksikan kepada pihak sekolah yang terletak di jalan protokol
untuk menjamin keamanan siswa. “Sudah ada imbauan untuk menurunkan
petugas, guru, pendamping untuk menyeberangkan siswa. Sebagian sekolah
juga dibantu petugas kepolisian setempat,” paparnya.
Suwardi menilai pembuatan zona selamat sekolah di beberapa SD yang terletak di jalan protokol Sragen belum mendesak.
“Saya
kira belum terlalu mendesak semua sekolah memiliki zona selamat
sekolah. Sebagian sekolah juga muridnya biasanya berasal dari kanan,
kiri atau belakang sekolah,” jelasnya.
Guru SD Krikilan 1, Titik
Nuraini, ketika ditemui di kantornya, mengaku meskipun belum memiliki
zona selamat sekolah, pihaknya selalu menurunkan penjaga sekolah atau
guru kelas yang mengajar untuk menyeberangkan anak didiknya.
“Guru
atau penjaga sekolah membawa bendera merah dan mendampingi siswa
menyeberang jalan saat berangkat maupun pulang sekolah. Sebagian siswa
rumahnya memang terletak di belakang sekolah, namun ada juga yang harus
menyeberang,” ujarnya.
Walaupun belum memiliki zona selamat sekolah, Titik berharap, agar muridnya bisa selamat sampai sekolah.
Solopos.com
@HarianSragen
DKR KarangMalang Buat FlashMob
Harian Sragen - Demam lagu Gangnam Style yang beredar di dunia maya telah memberikan
inspirasi Dewan Kerja Ranting (DKR) 04 Karangmalang untuk membuat video
flashmob lagu tersebut. Dengan persiapan yang sederhana, mereka
melakukan pembuatan flashmob pada car free day (8/10).
Dengan mengambil tempat di depan BPR Joko Tingkir, anggota DKR
Karangmalang melakukan aksinya. Untuk menyukseskan pembuatan flashmob
Gangnam Style ini, DKR menggandeng beberapa sekolah lain seperti SMK
Bina Wiyata dan SDN 6 Sragen. Ketika aksi pembuatan flashmob dimulai,
bergabung anak-anak dari SMKN 2 Sragen, SMPN 2 Sragen, SMPN 3 Sragen dan
SMPN 6 Sragen.
Pembuatan flashmob yang berdurasi hampir 30 menit ini menarik perhatian pengunjung car free day. Mereka berkerumun memperhatikan aksi anak-anak pramuka yang didukung oleh anak-anak sekolah lain.
“Kegiatan ini kami lakukan untuk membangkitkan kreatifitas anak-anak
muda di Sragen. Flashmob ini adalah awal dari kegiatan-kegiatan yang
mengarah ke kreatifitas anak-anak muda Sragen.” Jelas Agus, Ketua DKR 04
Karangmalang saat ditemui Sragen Merdeka setelah pembuatan flashmob
selesai.
Anggaran RSUD Sragen Dikurangi Rp1 Miliar
SRAGEN – Badan Anggaran DPRD Sragen terpaksa
mengurangi usulan anggaran yang dialokasikan untuk Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Sragen, sebanyak Rp1 miliar.
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) 2013 Kabupaten Sragen rencananya akan ditetapkan
dalam Sidang Paripurna DPRD Sragen yang digelar di Pendapa Rumah Dinas
Bupati Sragen, Kamis (29/11/2012).
Wakil Ketua DPRD Sragen yang
juga salah satu anggota Badan Anggaran DPRD Sragen, Hariyanto,
mengungkapkan Banggar telah melakukan rapat membahas RAPBD yang
disampaikan setiap komisi, Senin (26/11/2012). Banggar dijadwalkan akan
memberikan laporan hasil pembahasan RAPBD dalam Sidang Paripurna, Rabu
(28/11/2012).
“Kamis dijadwalkan penyampaian kata akhir dan
penetapan RAPBD menjadi APBD. Kemungkinan Kabupaten Sragen yang pertama
menetapkan APBD, jika dibandingkan kabupaten lainnya,” ungkapnya saat
ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (27/11/2012).
Secara
umum, terangnya, RAPBD yang telah dibahas di komisi, disetujui Banggar.
Khusus anggaran untuk RSUD Sragen, terpaksa dikurangi Rp1 miliar.
Pasalnya anggaran yang diusulkan dalam RAPBD sebesar Rp52 miliar,
melebihi anggaran yang ditetapkan dalam Kebijakan Umum Anggaran
Prioritas Platform Anggaran Sementara (KUA PPAS) sebesar Rp51 miliar.
“Sesuai aturan, RAPBD tidak boleh melebihi KUA PPAS. Kalau kurang dari KUA PPAS justru boleh,” ungkapnya.
Sekretaris
Komisi IV DPRD Sragen, Aris Surawan, mengungkapkan ketika pembahasan di
komisi, pihak RSUD Sragen menyampaikan mereka akan menaikkan target
pendapatan dari Rp51 miliar menjadi Rp52 miliar. Namun kenaikan
pendapatan itu akan dibarengi dengan kenaikan belanja langsung untuk
keperluan operasional rumah sakit dan sebagainya.
Solopos.com
@HarianSragen
E-KTP: Perekaman Dilanjutkan Hingga Akhir Desember, Dispendukcapil Surati Para Camat
SRAGEN — Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(Dispendukcapil) Sragen melayangkan surat kepada masing-masing kecamatan
untuk mengajak warga melaksanakan perekaman data e-KTP hingga Desember
2012.
Sekretaris Dispendukcapil Sragen, Wahyu Lwiyanto,
menjelaskan masing-masing kecamatan diminta melayani perekaman data
e-KTP hingga Desember. Pernyataan itu sekaligus menampik pendapat
apabila pelayanan e-KTP dihentikan pada Oktober atau sesuai batas waktu
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen. Wahyu menegaskan apabila alat
perekam masih di Sragen maka perekaman data terus dilakukan.
Dia
tidak menampik target wajib KTP dari pemerintah pusat sebanyak 615.610
orang sudah dipenuhi bahkan lebih. Meski demikian, Dispendukcapil Sragen
melanjutkan perekaman menggunakan data kependudukan tahun 2011 yang
menyebutkan jumlah wajib KTP di Sragen mencapai 786.517 orang. Sehingga
masih ada sekitar 170.917 wajib KTP yang belum melakukan perekaman.
“Target
pemerintah terlampaui. Tetapi kami menyelesaikan wajib pajak dengan
data 2011. Lagipula alat perekam masih ada. Kami memerintahkan lurah
atau kepala desa dan RT melalui camat mengimbau masyarakat yang belum
melakukan perekaman. Silakan datang ke kecamatan. Kami memberikan
pelayanan sampai Desember,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (28/11/2012).
Meski
sudah melayangkan surat ke kecamatan berulang kali, Wahyu mengakui
jumlah warga yang melakukan perekaman data cenderung minim. Dia
memberikan gambaran kurang dari 100 wajib pajak di Sragen melakukan
perekaman data pada satu hari. Wahyu menjelaskan hal yang membedakan
perekaman data setelah Oktober adalah petugas yang merekam data. Tenaga
kontrak yang mengoperasikan alat perekam telah berakhir masa kerja pada
Oktober. “Tugas perekaman dilakukan pendamping kecamatan. Mereka sudah
dilatih mengoperasikan alat perekaman data. Lagipula, jumlah warga yang
melakukan perekaman data sedikit,” imbuh dia.
Lebih lanjut Wahyu
menuturkan menerima undangan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
hadir pada penyerahan penghargaan di Jakarta, Kamis-Jumat (29-30/11).
“Kami belum mengetahui penghargaan yang diberikan itu untuk apa.
Undangan itu untuk hadir pada acara pembukaan dan pengarahan dari
Mendagri dan penyerahan DAK. Selain itu ada penyerahan piagam
penghargaan kepada 10 kabupaten/kota tercepat penyelesaian E-KTP secara
massal dan tertinggi hasil perekaman,” urai dia.
Solopos.com
@HarianSragen
PASAR BUNDER: Pedagang Berharap Tak Dibebani Biaya Pembangunan Kios
SRAGEN–Pedagang Pasar Bunder, Sragen berharap mereka tidak dibebani biaya pembangunan kios, alias gratis.
Hal
itu menyusul rencana dibangunnya sebagian kios Pasar Bunder pada 2013.
Pasar Bunder mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp800 juta
dan dana pendamping Rp107 juta.
Salah seorang pedagang buah yang
letak kiosnya dekat dengan pintu sebelah barat pasar, Suparni, 57,
mengungkapkan ia setuju jika kios pasar akan dibangun. Sebagian
kios-kios itu, saat ini kondisinya sudah rusak dan perlu dibangun. Tapi
jika pedagang diminta menanggung biaya pembangunan, ia tidak mau.
“Kalau pemerintah mau membangunkan kios, kami senang. Tapi kalau harus membayar, saya tidak mau,” katanya saat ditemui Solopos.com di sela-sela aktivitasnya berjualan, Rabu (28/11/2012).
Suparni
mengaku sudah lebih dari 20 tahun berjualan buah di Pasar Bunder. Ia
memiliki sertifikat hak pakai atas kios yang kini ditempati. Dalam
sehari, omzet penjualan barang dagangan Suparni sekitar Rp500.000-Rp1
juta. “Kalau penghasilan bersihnya ya Alhamdulillah cukup. Tapi kalau
harus membayar biaya pembangunan kios, saya tidak mau,” katanya.
Mantan
Ketua Kerukunan Pedagang Pasar Bunder Sragen, Parmanto, mengungkapkan
setelah Pasar Bunder bagian tengah dipugar sekitar tahun 2007, para
pedagang bisa mendapatkan kios secara gratis. Oleh karena itu ketika
kios-kios di bagian luar akan diperbaiki tapi pedagang diminta membayar,
mereka tidak mau.
“Saat itu mereka iri, mengapa pedagang yang di
dalam pasar bisa mendapatkan kios secara gratis, pedagang kios di luar
diminta membayar ketika kiosnya akan dibangun,” ungkapnya.
Jika
tahun depan sebagian kios akan dibangun, Parmanto meminta pihak-pihak
terkait bermusyawarah terlebih dahulu dengan para pedagang. Dengan cara
itu, diharapkan tidak timbul salah paham atau pun permasalahan lainnya.
Sumber : Solopos.com
@HarianSragen
ANGIN RIBUT: Tiga Rumah Roboh, 37 Rumah Rusak di Dua Desa
SRAGEN – Sebanyak tiga rumah roboh dan 37 rumah rusak
berat maupun ringan di Dukuh Japol, RT 028 dan 029, Pelemgadung dan
Dukuh Glagah, RT 005, Mojorejo, Karangmalang, Sragen, karena dihantam
angin puting beliung, Rabu (28/11/2012), sekitar pukul 16.00 WIB.Hasil pantauan Solopos.com,
kondisi puluhan rumah di Dukuh Japol, Pelemgadung rusak di bagian atap
dan serambi. Kerusakan bervariasi, seperti genting porak-poranda hingga
runtuh. Kondisi evakuasi maupun pendataan warga terkendala gerimis dan
minim penerangan. Menurut informasi yang dihimpun di lokasi kejadian,
tiga rumah roboh di Dukuh Japol, RT 028, Pelemgadung, milik Karyo
Sentono Giyo, 70, Suwardi, 35 dan Kasio 40. Kondisi rumah roboh total
karena atap rata dengan tanah. Beruntung tidak ada korban jiwa karena
pemilik rumah berada di luar saat hujan deras disertai angin kencang
berhembus.
Dua warga Japol RT 028, Pelemgadung, Surip, 45, dan Yoga, 4, mengalami cedera akibat bencana ini. Kepala Surip tertimpa tembok sedangkan kepala Yoga tertimpa genting saat menyelamatkan diri dari rumah. Mereka dilarikan ke Puskesmas Karangmalang untuk mendapat perawatan intensif.
Ketua RT 028, Sugiman, menurutkan selain tiga rumah roboh, 30 rumah lain dari total 45 rumah di RT 028 mengalami rusak berat dan ringan. Selain itu, tiga rumah warga di RT 029 dan empat rumah di Dukuh Glagah, RT 005, Mojorejo mengalami kondisi serupa. Salah seorang warga Dukuh Glagah, RT 005, Mojorejo, Heri Triyanto, 33, menuturkan kejadian itu terjadi begitu cepat dan tak terduga. Beruntung, Heri, anaknya dan dua orang tua selamat karena berada di serambi saat hujan deras dan angin puting beliung berhembus.
“Tadi hujan deras disertai angin kencang berputar-putar. Semua rampung, pohon di belakang rumah terbang ke depan,” kata dia saat ditemui Solopos.com di sela-sela kegiatan mengumpulkan pengungsi di depan rumah. Hal senada disampaikan warga Japol, RT 028, Pelemgadung, Ari Pamularsi, 25. Saat kejadian, dia sedang memakaikan baju kepada anaknya Galuh, 4, karena usai memandikan anaknya. Beruntung, mereka dapat menyelamatkan diri.
Puluhan warga yang rumahnya mengalami kerusakan mengungsi ke rumah salah satu warga di Dukuh Japol, RT 029, Pelemgadung, Paryono. Rumah Paryono digunakan sebagai pos pengungsian. “Kami menyiapkan rumah lain dan beberapa warga memilih tinggal di rumah saudara. Warga yang berkumpul di sini (rumah Paryono) adalah warga dari RT 028, 029. 005. Kebanyakan janda dan anak-anak,” imbuh Ketua RT 028, Sugimin.
Sekretaris Desa Pelemgadung, Suprapto, yang berada di lokasi kejadian menjelaskan pihak desa terus melakukan pendataan warga yang mengalami musibah. Dia mengaku sudah melaporkan kejadian kepada pihak kepolisian, Kesbangpolinmas dan Pemkab Sragen. “Kami melakukan pendataaan warga yang mengalami bencana. Kami mengumpulkan mereka ke pos pengungsian dan membentuk dapur umum. Desa sudah memberikan sembako untuk dimasak di dapur umum sementara,” ujar dia.
Sumber : Solopos.com
@HarianSragen
Dua warga Japol RT 028, Pelemgadung, Surip, 45, dan Yoga, 4, mengalami cedera akibat bencana ini. Kepala Surip tertimpa tembok sedangkan kepala Yoga tertimpa genting saat menyelamatkan diri dari rumah. Mereka dilarikan ke Puskesmas Karangmalang untuk mendapat perawatan intensif.
Ketua RT 028, Sugiman, menurutkan selain tiga rumah roboh, 30 rumah lain dari total 45 rumah di RT 028 mengalami rusak berat dan ringan. Selain itu, tiga rumah warga di RT 029 dan empat rumah di Dukuh Glagah, RT 005, Mojorejo mengalami kondisi serupa. Salah seorang warga Dukuh Glagah, RT 005, Mojorejo, Heri Triyanto, 33, menuturkan kejadian itu terjadi begitu cepat dan tak terduga. Beruntung, Heri, anaknya dan dua orang tua selamat karena berada di serambi saat hujan deras dan angin puting beliung berhembus.
“Tadi hujan deras disertai angin kencang berputar-putar. Semua rampung, pohon di belakang rumah terbang ke depan,” kata dia saat ditemui Solopos.com di sela-sela kegiatan mengumpulkan pengungsi di depan rumah. Hal senada disampaikan warga Japol, RT 028, Pelemgadung, Ari Pamularsi, 25. Saat kejadian, dia sedang memakaikan baju kepada anaknya Galuh, 4, karena usai memandikan anaknya. Beruntung, mereka dapat menyelamatkan diri.
Puluhan warga yang rumahnya mengalami kerusakan mengungsi ke rumah salah satu warga di Dukuh Japol, RT 029, Pelemgadung, Paryono. Rumah Paryono digunakan sebagai pos pengungsian. “Kami menyiapkan rumah lain dan beberapa warga memilih tinggal di rumah saudara. Warga yang berkumpul di sini (rumah Paryono) adalah warga dari RT 028, 029. 005. Kebanyakan janda dan anak-anak,” imbuh Ketua RT 028, Sugimin.
Sekretaris Desa Pelemgadung, Suprapto, yang berada di lokasi kejadian menjelaskan pihak desa terus melakukan pendataan warga yang mengalami musibah. Dia mengaku sudah melaporkan kejadian kepada pihak kepolisian, Kesbangpolinmas dan Pemkab Sragen. “Kami melakukan pendataaan warga yang mengalami bencana. Kami mengumpulkan mereka ke pos pengungsian dan membentuk dapur umum. Desa sudah memberikan sembako untuk dimasak di dapur umum sementara,” ujar dia.
Sumber : Solopos.com
@HarianSragen
Ditinggal ke Sawah, 2 Rumah Warga Tanon Sragen Ludes Terbakar
SRAGEN – Kebakaran melanda dua rumah di Jambeyan RT
021, Slogo, Tanon. Saat kejadian, rumah dalam keadaan kosong karena
pemiliknya, Karso Ijoyo, 90, dan Jumiyem, 55, sedang menggarap sawah
yang berjarak dua kilometer dari rumahnya. Kerugian masing-masing
ditaksir Rp15 juta dan Rp20 juta.Saksi mata, Sugiyono, 40, kepada Solopos.com
di lokasi kebakaran,mengungkapkan dirinya mulai menyadari kebakaran
melanda rumah tetangganya Selasa (27/11/2012) pukul 16.30 WIB. “Saat itu
saya mau mandi di belakang [depan rumah Karjo], tiba-tiba saya lihat
api dari dapur rumah Karjo sudah merambat ke atas. Saya panik lalu
memanggil tetangga sekitar,” terangnya. Menurut Sugiyono, api dengan
cepat menjalar ke seluruh penjuru rumah yang terbuat dari anyaman bambu
tersebut. “Kira-kira 15 menit tetangga mulai berdatangan untuk
memadamkan kebakaran. Tapi api sudah terlanjur menyahut rumah anaknya
[Jumiyem] yang terletak di sampingnya. Untuk melokalisir api, warga lalu
merubuhkan bangunan,” jelasnya.
Korban Kebakaran, Karso Ijoyo, 90, ketika ditemui Solopos.com menuturkan dirinya baru meninggalkan rumah setengah jam sebelum kebakaran melanda rumahnya. “Saat itu saya diajak istri [Sukinem, 80] dan anak saya yang rumahnya turut terbakar untuk memasang plastik di lahan persemaian. Mereka sebelumnya berangkat duluan. Saya menyusul pukul 16.00 WIB,” terangnya.
Menurut Karso, dirinya tidak menyadari kebakaran melanda rumahnya, hingga salah seorang warga desa menjemputnya di sawah. “Saya hanya lihat asap membumbung dari sebelah utara. Ternyata seluruh rumah habis terbakar. Sudah kejadian mau bagaimana lagi. Selagi masih hidup, sedikit demi sedikit saya akan mengumpulkan uang untuk mendirikan kembali rumah saya,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sragen, Haryanto, seusai menengok korban kebakaran, mengharapkan masyarakat bisa lebih waspada pada kebakaran yang kembali terjadi di lingkungannya. “Rata-rata kejadian menimpa rumah warga yang kosong. Jadi masyarakat jangan pernah lengah,” terangnya.
Menurut Haryanto, Pemkab seharusnya bertindak cepat untuk membantu warganya yang terkena musibah insidentil. “Bantuan sembako dan peralatan masak harus cepat. Paling lambat pagi. Bantuan perbaikan RTLH juga jangan dana stimulan, tapi dana pendirian rumah sampai bisa ditinggali. Karena mereka itu korban. Dana juga sudah dianggarkan” tegasnya.
Api di rumah Karjo dan Jumiyem baru bisa dipadamkan oleh Petugas Damkar Gemolong pukul 20.00 WIB. Warga sekitar turut membantu mencari harta benda korban yang masih bisa diselamatkan. Perangkat desa setempat, Rabu (28/11/2012) ini, menggerakkan warganya untuk gotong-royong membantu membersihkan puing rumah korban dan menggalang dana bantuan.
Sumber : Solopos.com
@HarianSragen
Korban Kebakaran, Karso Ijoyo, 90, ketika ditemui Solopos.com menuturkan dirinya baru meninggalkan rumah setengah jam sebelum kebakaran melanda rumahnya. “Saat itu saya diajak istri [Sukinem, 80] dan anak saya yang rumahnya turut terbakar untuk memasang plastik di lahan persemaian. Mereka sebelumnya berangkat duluan. Saya menyusul pukul 16.00 WIB,” terangnya.
Menurut Karso, dirinya tidak menyadari kebakaran melanda rumahnya, hingga salah seorang warga desa menjemputnya di sawah. “Saya hanya lihat asap membumbung dari sebelah utara. Ternyata seluruh rumah habis terbakar. Sudah kejadian mau bagaimana lagi. Selagi masih hidup, sedikit demi sedikit saya akan mengumpulkan uang untuk mendirikan kembali rumah saya,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPRD Sragen, Haryanto, seusai menengok korban kebakaran, mengharapkan masyarakat bisa lebih waspada pada kebakaran yang kembali terjadi di lingkungannya. “Rata-rata kejadian menimpa rumah warga yang kosong. Jadi masyarakat jangan pernah lengah,” terangnya.
Menurut Haryanto, Pemkab seharusnya bertindak cepat untuk membantu warganya yang terkena musibah insidentil. “Bantuan sembako dan peralatan masak harus cepat. Paling lambat pagi. Bantuan perbaikan RTLH juga jangan dana stimulan, tapi dana pendirian rumah sampai bisa ditinggali. Karena mereka itu korban. Dana juga sudah dianggarkan” tegasnya.
Api di rumah Karjo dan Jumiyem baru bisa dipadamkan oleh Petugas Damkar Gemolong pukul 20.00 WIB. Warga sekitar turut membantu mencari harta benda korban yang masih bisa diselamatkan. Perangkat desa setempat, Rabu (28/11/2012) ini, menggerakkan warganya untuk gotong-royong membantu membersihkan puing rumah korban dan menggalang dana bantuan.
Sumber : Solopos.com
@HarianSragen
Wow, Penderita HIV Aids Di Sragen Meningkat.
Sebanyak 89 orang di Kabupaten Sragen dilaporkan mengidap penyakit
HIV/AIDS sepanjang tahun 2012 ini. Penderita penyakit mematikan ini
meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya yang tercatat hanya 24 orang.
Tingginya penderita AIDS membuat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sragen semakin mengintensifkan sosialisasi HIV/AIDS. Ketua Tim Teknis KPA Sragen, Waryono mengatakan, sosialisasi utamanya dilakukan pada mereka yang tinggal di daerah risiko tinggi (Risti) tertular HIV/AIDS, lingkungan sekolah, masyarakat dan komunitas tertentu. Harapannya masyarakat semakin paham tentang HIV/AID sehingga lebih berhati-hati dan menjaga diri agar tidak tertular.
Menurut Waryono, jumlah penderita AIDS di Sragen memang cukup signifikan. Jadi perlu ada tindakan pencegahan agar penularannya tidak semakin meningkat. Apalagi saat ini masih cukup banyak masyarakat yang belum memahami penyakit HIV/AIDS. Terbukti ketika ada penderita HIV/AIDS, kemudian dikucilkan warga sekitarnya.
Padahal, jelasnya, yang mestinya dihindari bukan penderitanya tapi penyakit HIV/AIDS. Oleh karena itu, perlu ada upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat secara komprehensif. "Tingginya jumlah penderita ini menjadi keprihatinan bersama. Perlu langkah bersama untuk menekan penyebaran HIV/AIDS," katanya di Sragen, Senin (19/11).
Sementara, dua korban meninggal akibat HIV/AIDS terakhir berada di Desa Patihan, Kecamatan Sidoharjo dan Kecamatan Kalijambe sebulan lalu. Berdasarkan sebaran kasus, penderita HIV/ADIS di Sragen sudah merata di 20 kecamatan. Kecamatan Sragen Kota tercatat memiliki angka kasus paling tinggi.
Tingginya penderita AIDS membuat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sragen semakin mengintensifkan sosialisasi HIV/AIDS. Ketua Tim Teknis KPA Sragen, Waryono mengatakan, sosialisasi utamanya dilakukan pada mereka yang tinggal di daerah risiko tinggi (Risti) tertular HIV/AIDS, lingkungan sekolah, masyarakat dan komunitas tertentu. Harapannya masyarakat semakin paham tentang HIV/AID sehingga lebih berhati-hati dan menjaga diri agar tidak tertular.
Menurut Waryono, jumlah penderita AIDS di Sragen memang cukup signifikan. Jadi perlu ada tindakan pencegahan agar penularannya tidak semakin meningkat. Apalagi saat ini masih cukup banyak masyarakat yang belum memahami penyakit HIV/AIDS. Terbukti ketika ada penderita HIV/AIDS, kemudian dikucilkan warga sekitarnya.
Padahal, jelasnya, yang mestinya dihindari bukan penderitanya tapi penyakit HIV/AIDS. Oleh karena itu, perlu ada upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat secara komprehensif. "Tingginya jumlah penderita ini menjadi keprihatinan bersama. Perlu langkah bersama untuk menekan penyebaran HIV/AIDS," katanya di Sragen, Senin (19/11).
Sementara, dua korban meninggal akibat HIV/AIDS terakhir berada di Desa Patihan, Kecamatan Sidoharjo dan Kecamatan Kalijambe sebulan lalu. Berdasarkan sebaran kasus, penderita HIV/ADIS di Sragen sudah merata di 20 kecamatan. Kecamatan Sragen Kota tercatat memiliki angka kasus paling tinggi.
Air Irigasi Tak Layak, Ketua DPRD Sragen Sugiyamto Gelontor Bantuan
SRAGEN—Ketua DPRD Sragen, Sugiyamto, meminta Pemkab lebih tanggap dengan
persoalan masyarakat utamanya kalangan petani. Pasalnya sebagian
wilayah pertanian di Sragen belum sepenuhnya ditopang irigasi yang
memadai.
Menurutnya, problem irigasi yang belum memadai banyak ditemui di areal sepanjang aliran Bengawan Solo serta daerah kering lainnya. Ia mencontohkan areal di Desa Pilang dan Jantran, Kecamatan Masaran, selama ini banyak terkendala karena irigasi dari air Bengawan yang hitam dan berdampak pada kualitas padi yang dihasilkan.
“Banyak petani yang mengeluh air sungai itu ternyata mengubah padi menjadi jelek. Oleh karenanya, tahun 2013 kami mulai merintis bantuan sumur dalam dan pompa air untuk dua wilayah itu. Harapannya ini bisa menjadi inspirasi bagi Pemkab,” ujarnya, Selasa (27/11).
Politisi PDI Perjuangan itu menguraikan untuk tahun 2013, dirinya sudah mengalokasikan petani Desa Pilang dan Jantran untuk mendapat bantuan sumur dalam dan pompa air senilai sekitar Rp 145 juta. Selain itu, pihaknya juga sudah mengalokasikan bantuan mesin pembajak sawah. Kemudian, masing-masing RT di 37 RT di wilayah Masaran juga akan dibantu uang pengembangan sebesar Rp 2 juta.
“Harapan kami dengan adanya pompa air dan sumur dalam, petani tidak lagi kesulitan air dan kualitas padi bisa terjaga. Sebab selama ini Masaran sudah menjadi salah satu basis pertanian di Sragen,” urainya.
Terpisah, Kaur Pemerintahan Desa Pilang, Giyarto, mengapresiasi positif bantuan dari Ketua DPRD tersebut. Menurutnya, bantuan pompa air sangat dibutuhkan petani yang selama ini hanya mengandalkan tadah hujan dan aliran sungai. “Di sini ada 70 hektare lahan sawah yang membutuhkan irigasi. Selama ini hanya ngambil dari sungai tapi airnya tidak layak. Mudah-mudahan panennya bisa lebih baik,” tegasnya.
Menurutnya, problem irigasi yang belum memadai banyak ditemui di areal sepanjang aliran Bengawan Solo serta daerah kering lainnya. Ia mencontohkan areal di Desa Pilang dan Jantran, Kecamatan Masaran, selama ini banyak terkendala karena irigasi dari air Bengawan yang hitam dan berdampak pada kualitas padi yang dihasilkan.
“Banyak petani yang mengeluh air sungai itu ternyata mengubah padi menjadi jelek. Oleh karenanya, tahun 2013 kami mulai merintis bantuan sumur dalam dan pompa air untuk dua wilayah itu. Harapannya ini bisa menjadi inspirasi bagi Pemkab,” ujarnya, Selasa (27/11).
Politisi PDI Perjuangan itu menguraikan untuk tahun 2013, dirinya sudah mengalokasikan petani Desa Pilang dan Jantran untuk mendapat bantuan sumur dalam dan pompa air senilai sekitar Rp 145 juta. Selain itu, pihaknya juga sudah mengalokasikan bantuan mesin pembajak sawah. Kemudian, masing-masing RT di 37 RT di wilayah Masaran juga akan dibantu uang pengembangan sebesar Rp 2 juta.
“Harapan kami dengan adanya pompa air dan sumur dalam, petani tidak lagi kesulitan air dan kualitas padi bisa terjaga. Sebab selama ini Masaran sudah menjadi salah satu basis pertanian di Sragen,” urainya.
Terpisah, Kaur Pemerintahan Desa Pilang, Giyarto, mengapresiasi positif bantuan dari Ketua DPRD tersebut. Menurutnya, bantuan pompa air sangat dibutuhkan petani yang selama ini hanya mengandalkan tadah hujan dan aliran sungai. “Di sini ada 70 hektare lahan sawah yang membutuhkan irigasi. Selama ini hanya ngambil dari sungai tapi airnya tidak layak. Mudah-mudahan panennya bisa lebih baik,” tegasnya.
Sumber : cetak.joglosemar.com
@HarianSragen
Subscribe to:
Posts (Atom)