SragenNEWS – Situasi di Padepokan Santri Luwung di Bedowo, Sidoharjo, Sragen, memanas, Sabtu (23/11). Kemarin kompleks padepokan
pimpinan Gus Antok yang dituding berajaran menyimpang itu dibakar oleh
seratusan massa dari warga setempat, sekitar pukul 16.00 WIB.
Diduga kuat, amuk warga itu dipicu oleh insiden penangkapan salah satu warga setempat oleh enam orang yang mereka yakini sebagai aparat kepolisian. Warga yang tidak terima langsung mengusir aparat dan kemudian berkumpul untuk melakukan pembakaran.
Diduga kuat, amuk warga itu dipicu oleh insiden penangkapan salah satu warga setempat oleh enam orang yang mereka yakini sebagai aparat kepolisian. Warga yang tidak terima langsung mengusir aparat dan kemudian berkumpul untuk melakukan pembakaran.
Akibat aksi tersebut bangunan pintu masuk dan dua bangsal berbentuk joglo yang ada di dalam kompleks padepokan, rata dengan tanah. Selama aksi berlangsung, semua penjuru dan pintu masuk padepokan diblokade warga sehingga tak ada satu pun pihak lain yang bisa masuk kompleks.
Bahkan, puluhan aparat
Brimob dan Polres juga tak kuasa menembus barikade warga yang bersiaga
dengan peralatan seadanya. Menurut salah satu tokoh masyarakat Dukuh
Bedowo, Sukatno (57), insiden pembakaran bermula ketika pukul 15.15 WIB,
ada salah satu warga RT 4/7, Triyono (23), yang sedang mengambil
jemuran gabah bersama orangtuanya, didatangi empat orang tak dikenal
yang mengendarai mobil dan dua orang dengan sepeda motor.
Empat orang berpakaian preman itu kemudian memegang tangan dan menyeretnya untuk diajak ke kantor terkait urusan Santri
Luwung. Triyono pun langsung berontak sambi berteriak meminta tolong
hingga warga berdatangan dan orang tak dikenal itu kemudian pergi.
Menurut Sukatno, insiden inilah yang
memicu kemarahan warga hingga kemudian berkumpul dan melakukan aksi
pembakaran beberapa bangunan di padepokan.
Tak hanya itu, ia menuturkan aksi itu juga dipicu oleh kekecewaan warga
karena tuntutan pembongkaran padepokan dan pembuatan fatwa oleh MUI hingga kini belum juga terealisasi. Ia juga meyakini enam orang yang hendak membawa Triyono itu adalah aparat kepolisian. Pasalnya, Triyono mengaku mengenali satu di antara orang-orang itu adalah polisi yang sempat melayangkan surat panggilan pemeriksaan terkait persoalan Santri
Luwung, beberapa hari sebelumnya. “Gara-gara itu warga jadi sangat
marah. Kesannya memaksa, menyeret seperti penculikan. Makanya begitu
dengar Triyono teriak, warga langsung tabuh kentongan dan polisinya lalu
pergi. Kalau ketahuan warga sudah habis itu,” ujarnya ditemui, Sabtu
(23/11), malam di lokasi kejadian.
Mewakili warga ia mengatakan intinya
warga minta segera diselesaikan terutama tentang keberadaan bangunan
padepokan yang belum ber-IMB dan sudah mendapat surat peringatan (SP)
dari Pemda. Selain itu, warga juga mendesak MUI segera menerbitkan fatwa terkait ajaran padepokan yang dianggap menyimpang dari syariat Islam.
Sementara, Triyono menyayangkan aksi
main paksa dan seret yang dilakukan oleh orang-orang yang akan
menangkapnya itu. Ia mengaku tidak tahu menahu dengan urusan Santri Luwung. Seingatnya satu dari orang itu adalah polisi yang pernah menyampaikan surat panggilan pemeriksaan dari Polres Sragen.
Pada saat insiden terjadi, sejumlah
tokoh Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), juga datang ke lokasi. Humas
LUIS, Endro Sudarsono mengatakan kedatangannya bersama Ketua LUIS, Edi
Lukito itu untuk melakukan klarifikasi dan investigasi setelah mendapat
laporan dari warga terkait upaya percobaan penangkapan salah satu warga.
Selain meminta keterangan Triyono, investigasi juga dilakukan untuk
memastikan apakah tim itu benar dari kalangan aparat atau tidak.
Endro juga mengatakan terkait kasus Santri
Luwung, sebelumnya sudah ada tujuh warga yang dipanggil kepolisian dan
datang pada panggilan pertama sebagai saksi. Namun pada panggilan kedua,
tidak ada yang mau datang karena panggilan dinilai individu sementara
menurut warga persoalan Santri Luwung menjadi masalah warga bersama.
Sejak kejadian hingga tadi malam,
ratusan aparat masih bersiaga namun tidak bisa masuk lokasi karena
diblokade warga. Situasi masih mencekam.
Sementara, sejak insiden pembakaran
hingga pukul 23.00 WIB, situasi masih mencekam. Ratusan aparat
kepolisian dan Brimob yang dipimpin Kapolres AKBP Dhani Hernando, masih
bersiaga di jalan masuk dan berhadapan dengan ratusan warga yang membuat
barisan untuk menghalangi aparat.
Namun, tidak sampai terjadi bentrok.
Warga juga membuat pembakaran di belakang barisan sehingga suasana
semakin mencekam. Sekitar pukul 22.00 WIB, Kapolda Jateng Irjen Pol Dwi
Priyatno datang ke lokasi kejadian dengan didampingi Dandim 0725/Srg
Letkol (Inf) R. Wahyu Sugiyarto, Kapolres serta Wabup Sragen Daryanto.
Dengan kawalan aparat, Kapolda kemudian melakukan mediasi dengan warga. Selain membantah melakukan penangkapan dengan cara-cara kekerasan,
ia juga memberi arahan agar warga lebih mengendalikan diri dan tidak
terpancing provokasi pihak-pihak lain untuk melakukan aksi anarkis. Ia
juga berharap warga menghargai proses hukum dan tidak menghalangi aparat
dalam melakukan penanganan kasus tersebut.
Sumber : Joglosemar.co
No comments:
Post a Comment